Wartasiana.com| Fenomena eksploitasi dan kekerasan terhadap anak di Indonesia cukup sering menjadi sorortan media. Berbagai pihak mensinyalir bahwa faktor ekonomi, sosial, dan budaya merupakan penyebab utama terjadinya situasi tersebut.
Jenis tempat terjadinya kekerasan cukup bervariasi. Mulai di sekolah, tempat kerja, fasilitas umum, bahkan rumah, tempat yang dirasa paling amanpun menjadi tempat paling rawan terjadinya kekerasan.
Data kekerasan seksual sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan yang dominan sebesar 2.228 kasus atau 38,21%. (Catahu Komnas Perempuan 2022)
Pada tahun 2022, jumlah kasus kekerasan seksual di Provinsi NTT menunjukkan 87% dan yang paling banyak terjadi pada anak-anak. (LBH APIK NTT 2022)
Berdasarkan data yang dirilis Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak, KemenPPA menyatakan, per Januari 2023, terdapat 285 kasus kekerasan seksual di Nusa Tenggara Timur yang telah diadukan. 85% korbannya adalah anak-anak dan 96% di antaranya adalah perempuan.
Kekerasan seksual tidak hanya terjadi di dunia nyata, di era digitalisasi, kekerasan juga bisa dilakukan terhadap korbannya melalui dunia digital/online. Namun, anehnya kekerasan berbasis gender online atau yang biasa disebut KBGO ini hampir tidak tersentuh oleh hukuman.
Banyak korban yang masih belum teredukasi sehingga korban masih bungkam. Menurut Catatan Tahunan (CATAHU) pada tahun 2023 Komnas Perempuan, terdapat 948 kasus KBGO yang dilaporkan di Indonesia. Ini baru yang terlapor, artinya yang belum dilaporkan jumlahnya jauh lebih banyak.
Tidak hanya itu, untuk korban yang melapor, akses korban ke ranah perlindungan dan pendampingan hukum masih minim, terutama di wilayah Indonesia Timur.
Dari data-data dan fenomena di atas, Mariana Yunita Hendriyani Opat, putri daerah asal Kupang, Nusa Tenggara Timur terus mengkampanyekan dan mengedukasi masyarakat tentang pendidikan seksual agar terhindar dari predator seksual, terlebih pada anak.
Mariana Yunita Hendriyani Opat yang biasa dipanggil Tata, adalah seorang Pengedukasi Hak Kesehatan Seksual Anak, dan juga merupakan pendiri Tenggara Youth Community.
Segala upaya Tata dan rekan-rekan di Bacarita Kespro membuatnya terpilih sebagai Penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tahun 2020 Bidang Kesehatan. Salah satu juri, Prof. Nila Moeloek dalam acara 11th SATU Indonesia Awards mengatakan bahwa kesehatan reproduksi adalah hal yang fundamental.
Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Melalui program ini, Astra juga mendorong para anak muda yang terlibat dalam SATU Indonesia Awards untuk berkolaborasi dengan program unggulan KBA dan DSA. Diharapkan, mereka bisa memberikan dampak positif yang lebih besar dan kontribusi yang berkelanjutan pada usaha-usaha pembangunan di daerahnya.
Sudah sepatutnya Tata dengan Bacarita Kespro-nya mendapatkan apresiasi tersebut, karena upayanya telah menyelamatkan banyak masa depan anak-anak di Nusa Tenggara Timur.
Dengan memahami tentang hak Kesehatan seksual anak, banyak hal mengerikan yang berdampak buruk bisa dicegah. Selain memberdayakan pikiran anak, program Tata juga menguatkan pemahaman orang tua supaya bisa melindungi anak-anak mereka dengan lebih maksimal.***