Tim Pemberdayaan Wilayah Unmas Denpasar Kembangkan Desa Wisata Berbasis Pertanian

Badung, Wartasiana| Pengembangan Desa Wisata Berbasis Pertanian di Desa Petang Kecamatan Petang Kabupaten Badung dilakukan Tim Pemberdayaan wilayah Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar.

Tim diketuai Prof. Dr. Ir. I Ketut Arnawa, MP, bersama anggota Dr. Eng. Putu Edi Yastika, S.Si., M.Eng., M.Si; Dr. Ir. I Gusti Bagus Udayana, M.Si. dan Ir. I Made Budiasa, M.Agb.

Prof. I Ketut Arnawa mengatakan, kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) kali ini berupa penyuluhan pengelolaan desa wisata berbasis pertanian.

Disinggung, kenapa memilih Desa Petang? Prof Arnawa menyampaikan, setelah melakukan inspeksi sebelum kegiatan, di sini (Desa Petang) memiliki objek wisata yang bisa diunggulkan yaitu air terjun kembar (twin waterfall) didukung terowongan air yang dimanfaatkan untuk wisata air tubing.

Tidak hanya itu, bentangan lahan pertanian dan jalan tracking melingkar di areal lahan pertanian Desa Petang, disebut Prof Arnawa cocok dengan program PKM dan tema kegiatan.

“Pada saat pandemi, objek wisata ini berawal. Dari penuturan ketua kelompok desa wisata tadi, pascapandemi, pengelola desa wisata kembali kepada pekerjaan utama mereka (guide), sehingga objek wisata ini mangkrak,” ungkapnya menjelaskan, Kamis (17/8/2023).

Baca juga:
MPWD Unmas Denpasar Gali Potensi dan Jadikan Pegunungan Batukaang Desa Presisi yang Inklusif

“Padahal saat itu sudah berhasil mendatangkan kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara,” katanya menambahkan.

Tampak hadir pada saat kegiatan Kepala Bagian Pelayanan, mewakili Perbekel Desa Petang, Kepala Dusun Br. Lipah dan lebih kurang 50 orang peserta masing-masing dari kelompok Desa Wisata Tirta Giri Lestari dan Kelompok Tani Ternak Merta Sedana.

Kepada peserta kegiatan, Prof Arnawa menyarankan, melakukan kerja sama dengan beberapa travel agen, dan para pengelola sebelumnya yaitu para guide untuk mempromosikan objek wisata Twin Waterfall Desa Petang.

Desa Petang merupakan daerah pengembangan pertanian dan desa yang memiliki nilai ekonomi kreatif.

Beberapa aktivitas pertanian sebagai pendukung desa wisata salah satunya adalah sektor peternakan Babi.

“Namun dalam perjalanannya menghadapi permasalahan hasil produksi menurun,” tutur Prof Arnawa.

Pada usaha peternakan Babi dilakukan penyuluhan dan pendampingan dalam pembuatan ransum babi memanfaatkan sumber pakan lokal. Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran).

Kebutuhan pakan meliputi jenis, jumlah dan kualitas bahan pakan yang diberikan secara langsung kepada ternak babi, akan dapat mempengaruhi tingkat produksi dan produktivitas ternak Babi yang dipelihara.

“Tingkat keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya ternak babi sangat dipengaruhi oleh total biaya pakan yang dikeluarkan, dimana biaya pakan dapat mencapai 60-70% dari seluruh biaya produksi yang diperlukan untuk usaha budidaya ternak Babi,” ujarnya.

Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha budidaya ternak babi.

Agar pakan dapat tersedia terus-menerus sepanjang tahun dengan harga yang terjangkau, menurut Prof Arnawa perlu disusun formula ransum untuk ternak babi dengan menggunakan bahan pakan lokal yang ada di lokasi masing-masing sesuai dengan potensi kewilayahan.

Selain daging, limbah feses Babi juga bisa dimanfaatkan menjadi kompos.

Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk menyuburkan tanaman dan menghindari pencemaran lingkungan.

Limbah urine Babi, dikatakan Prof Arnawa juga bermanfaat menjadi pupuk organik cair.

Pengolahan secara fisik disebut juga pengolahan primer (primer treatment).

“Proses ini merupakan proses termurah dan termudah, karena tidak memerlukan biaya operasi yang tinggi,” jelasnya.

Pada Kesempatan tersebut diserahkan 10 unit perahu karet, satu unit mesin pencacah batang pisang, serta rumah untuk pengolahan pupuk organik dari feses Babi.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *